Dalam hidup, kita di ajarkan untuk merencanakan segala sesuatu dengan matang—pendidikan, karier, hubungan, bahkan masa pensiun. Namun, kenyataan sering kali bergerak di luar kendali, membawa kita ke arah yang tak pernah dipikirkan sebelumnya. Buku Tanpa Rencana karya Dee Lestari hadir sebagai refleksi mendalam tentang momen-momen ketika hidup berjalan di luar skenario. Lewat kisah yang sederhana namun menyentuh, Dee mengajak pembaca merenungkan kembali nilai dari ketidakpastian, sekaligus menerima bahwa tidak semua hal perlu—atau bisa—di rencanakan.

Tentang Buku
Tanpa Rencana merupakan karya terbaru Dee yang menyentuh ranah prosa liris. Seperti halnya Filosofi Kopi dan Rectoverso, buku ini membawa pembaca masuk ke dalam ruang perenungan, tanpa kehilangan kekuatan naratifnya. Ceritanya tidak besar, tidak meledak-ledak, namun justru karena itulah ia terasa dekat. Ini adalah kisah tentang pergulatan batin, tentang rencana yang kandas, dan tentang keberanian untuk tetap melangkah.

Sinopsis Singkat
Mengisahkan seorang tokoh yang mendapati dirinya jauh dari rencana hidup yang pernah ia susun. Ia tidak lagi berada di jalur yang di impikan, namun justru dalam keterputusan itulah, ia perlahan mulai melihat hidup dari sudut yang baru. Buku ini bukan tentang solusi, melainkan tentang penerimaan—dan dari sana, mungkin, muncul pemahaman baru yang lebih utuh.

Kenapa Layak Dibaca
Gaya bahasa Dee Lestari yang khas—puitis, halus, dan penuh perenungan—menjadi kekuatan utama buku ini. Bacaan ini terasa seperti percakapan diam-diam dengan diri sendiri. Setiap kalimat mengalir tenang, namun membawa kedalaman makna yang mengendap lama. Buku ini cocok di baca oleh siapa pun yang tengah mempertanyakan arah hidupnya, atau sedang belajar melepaskan kontrol atas hal-hal yang tak bisa diubah.

Kutipan Pilihan
“Mungkin hidup bukan soal siapa yang paling rapi merancang, tapi siapa yang paling siap menghadapi perubahan.”

Penutup
Tanpa Rencana bukan hanya buku, melainkan ruang teduh bagi mereka yang sedang lelah merencanakan segalanya. Ia mengingatkan bahwa tidak semua kegagalan adalah akhir, dan bahwa terkadang, arah terbaik muncul ketika kita berhenti mencoba mengendalikannya.